Sapa saja tokoh-tokoh penentang sistem tanam paksa? Cultuurstelsel adalah istilah resmi pengganti cara produksi yang tradisional, dengan cara produksi yang rasional. Sebutan lainnya yaitu Culture System dan Cultivation System. Sementara "Tanam Paksa" merupakan istilah yang dibuat oleh orang-orang yang anti Cultuurstelsel. Tokoh penentang tanam paksa atau anti terhadap kebijakan tersebut berasal dari Indonesia dan juga Belanda.
Tokoh penentang sistem tanam paksa berasal dari golongan liberal dan pendeta. Kenapa para tokoh-tokoh tersebut anti terhadap kebijakan cultuurstelsel? karena dalam pelaksanaannya menggunakan cara-cara paksaan sementara aturan dan ketentuan yang sudah disepakati dilanggar oleh pihak Belanda. Berikut ini beberapa rangkuman materi seputar sistem tanam paksa yang wajib kalian ketahui :
Baca :
Baron Van Hovel |
Bagi Indonesia, abad ke 19 adalah abad Culturtstelsel meskipun pelaksanaan sistem exploitasi ini tidak berlangsung penuh selama 100 tahun, melainkan hanya 40 tahun saja yaitu dari 1830 hingga 1870. Sistem tanam paksa dianggap sebagai kebalikan dari VOC :
- Cultuurstelsel merupakan kegiatan negara di bidang ekonomi, jadi bersifat merkantilitis (ekonomi merupakan urusan negara).
- Pemerintah Belanda dengan alat-alatnya ikut campur dalam masalah produksi.
- Aktif mengikuti kegiatan sampai ke pedalaman.
- Penggunaan uang sebagai alat tukar makin merata sampai ke pelosok-pelosok.
Kemudian bagi bangsa Indonesia Tanam Paksa dan VOC dirasakan sama saja. Karena orang Indonesia tetap sengsara, bahkan ada yang lebih sengsara dari pada di masa VOC. Tujuannya praktis sama, yaitu Indonesia harus dijadikan lembu perahan bagi Nederland. Maka dari itu banyak tokoh yang menentang dalam pelaksanaannya. Adapun tokoh penentang tanam paksa adalah sebagai berikut.
Tokoh Penentang Tanam Paksa
Berikut ini tokoh-tokoh penentang kebijakan sistem tanam paksa dari pihak Belanda.
Tokoh Penentang Tanam Paksa dari Belanda
Tokoh pertama adalah Baron Van Hovel. Ia merupakan penentang sistem tanam paksa dari Belanda. Van Hovel adalah seorang pendeta yang menjabat sebagai anggota parlemen di Belanda. Ia bersama kelompoknya secara tegas menolak kebijakan dan berusaha untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia.
Tokoh penentang tanam paksa dari Belanda kedua adalah Eduard Dous Dekker. Ia merupakan penulis terkenal berasal dari Belanda. Kritikan terhadap kebijakan Cultuurstelsel ia lakukan dengan menciptakan buku berjudul "Max Havelar", isinya berkaitan dengan perlakukan buruk dan penderitaan rakyat Indonesia akibat adanya kebijakan pemerintah Hindia Belanda.
Baca Juga : Hak Istimewa VOC
Tokoh ketiga yaitu bernama Frans Van De Pute. Ia menunjukkan sikpanya terhadap kebijakan tanam paksa dalam bukunya berjudul Sulker Constracten, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti "Kontrak Gula". Ia bersama dengan Douwes Dekker merupakan tokoh penentang tanam paksa dari golongan liberal.
Keempat adalah Van De Venter. Ia merupakan salah satu penentang sistem tanam paksa dan pencetus Politik Etis (politik balas budi). Buah hasil pemikirannya terkenal dengan sebutan Trilogy Van De Venter yang meliputi Irigasi, Edukasi dan Emigrasi.
Beliau beranggapan bahwa negaranya menjadi kaya dan makmur berkat kolonialisme di Hindia Belanda (Indonesia), sementara daerah jajahan miskin dan terbelakang. Maka dari itu, pihak pemerintah Belanda sepantasnya untuk melakukan balas budi bagi masyarakat Indonesia.
Selain keempat tokoh diatas, masih ada 3 tokoh penentang sistem tanam paksa lainnya, seperti Dr. W. Bosch, L. Vitalis dan P. Markus. Ketiga tokoh tersebut merupakan sama-sama berasal dari Belanda.
Artikel Terkait :
Demikian pembahasan singkat mengenai 7 Tokoh Penentang Sistem Tanam Paksa. Semoga dengan membaca ulasan diatas dapat menambah pemahaman kalian tentang sejarah Indonesia. Baca juga artikel menarik dan informatif lainnya. Terima kasih.