Sejarah Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki – Adanya bom atom berawal dari surat Albert Einstein kepada Presiden Amerika Serikat bernama F.D Roosevlt. Dalam surat itu, ia menekankan perlunya pengamatan penuh dan, jika perlu, tindakan cepat bagi penelitian AS mengenai atom. Sebab, Einstein khawatir Nazi akan memulai tindakan dengan atom.
Teori Einstein mengenai relativitas mengubah pemahaman manusia terkait dengan alam. Hasil karyanya dalam hal partikel dan teori energi memungkinkan terciptanya penelitian atom dan mekanis kuantum.
Baca Juga : Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia
Baca Juga : Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia
Sejarah Awal Bom Atom
Sejak tahun 1939 sampai 1945, pemerintah Amerika telah mengeluarkan biaya sekitar 2 miliar dollar bagi proyek Manhattan. Enam tahun kemudian, kerja keras itu terwujud. Pada jam 5:29:45 waktu setempat, tanggal 16 Juli 1945, kilatan putih awan menyilaukan menyebar cakrawala dari lembah gurun Jemez, di utara New Mexsico.
The Gaget berhasil menguak tenaga inti dan membuka era baru dalam tenaga atom. Kilatan cahaya di cakrawala mulai memudar dan berubah menjadi oranye, mewarnai tumbuhnya monster cendawan debu yang menggumpal membumbung tinggi dan membakar langit. Tokoh dibelakang semua ini adalah J. Robert Oppenheimer.
Tiga minggu kemudian, dua bom atom AS dijatuhkan di Jepang pada tanggal 6 Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945. Peristiwa itu menewaskan 200 ribu orang. Einstein sangat menyayangkan senjata mematikan tersebut digunakan untuk menghancurkan pusat penduduk Nagasaki dan Hiroshima.
Itulah sebabnya, setelah perang selesai, ia menekankan pentingnya pengawasan internasional atas senjata atom. Sejarah mencatat dengan tegas betapa besar kerugian yang diakibatkan peledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada bulan Agustus 1945. Ribuan jiwa melayang seketika, ribuan orang cacat seumur hidup, ribuan anak kehilangan ayah dan ibunya dan ribuan rumah hancur luluh lantah.
Sejak saat itu hanya ada dua bom atom yang pernah dijatuhkan untuk perang, yaitu bom atom pertama dijatuhkan di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 jam 8:15 dengan bahan ledak uranium, massa superkritis uranium seberat 50 kg, diberi nama sandi Little Boy, berat bom ini sekitar 4,5 ton.
Bom atom kedua dijatuhkan di Hiroshima pada tanggal 9 Agustus 1945 dengan bahan peledak Plutonium. Plutonium 239 murni mempunyai massa superkritis 16 kg. diberi nama sandi Fat Mon. Daya ledak dari kedua bom tersebut masing-masing 10 kiloton (satu kiloton setara dengan satu juta kilogram bahan ledak TNT, bahan ledak bom).
Bom Atom di Hiroshima
Efek Bom Atom di Hiroshima |
Hiroshima merupakan ibukota prefektur yang menjadi tempat jatuhnya bom atom pertama di dunia. Kota ini terletak di Pulau Honshu barat daya Jepang di Teluk Hiroshima di delta Sungai Ota. Kota Hiroshima didirikan pada tahun 1589 sebagai kota kastil keluarga mori. Di akhir tahun 1600-an, kota ini menjadi salah satu kota terbesar di Jepang yang menjadi tempat kedudukan pemerintah daerah, pusat perdagangan dan pelabuhan bagi pelayaran dalam negeri. Hiroshima merupakan kota yang padat penduduknya dan pada perang dunia kedua menjadi pusat militer Jepang yang memegang peran penting.
Dalam Perang Dunia II, tanggal 6 Agustus 1945 pusat kota Hiroshima menjadi sasaran bom atom pertama yang dijatuhkan Amerika Serikat. Ledakan dari bom yang dikenal dengan julukan Littel Boy itu menghancurkan kota tersebut, menewaskan 70 ribu orang secara serentak dan melukai ribuan yang lain, sebagian besar dari mereka kemudian meninggal karena dampak ledakan itu.
Baca Juga :
Pilot yang menjatuhkan bom atom di Hiroshima adalah Paul W. Thibbet. Pada usia 30 tahun dia menerbangkan pesawat B-29 Enola Gay pada 6 Agustus 1945, dari Tinia, Kepulauan Pasifik menuju Jepang, dan menjatuhkan bom atom pertama di Hiroshima. Bom seberat 13 hingga 16 kilo ton tersebut meletup kira-kira 600 meter dari permukaan bumi. Letupan, yang bersamaan dengan 15.000 ton bahan letupan (NTN), memusnahkan kota itu.
Bom uranium-235 ini membuat cendawan debu hingga 45.000 kaki dengan ledakan dahsyat berantai, kilatan, api dan gelombang kejut berkecepatan 1.100 kaki perdetik. Belum lagi efek ledakan ini menimbulkan hembusan angin berkecepatan ratusan mil perjam hingga radius puluhan mil. Sebanyak 137.000 nyawa tergulung dalam hitungan detik. Begitu pun gedung-gedung, jembatan, dan semua instalasi, hancur tak tersisa.
Namun lebih dari itu, dunia telah menyaksikan suatu kebiadaban dari penemuan batu para ilmuan fisika yang sulit diterima akal. Tragedi hitam di Jepang pada 6 dan 9 Agustus itu, diakui atau tidak, kemudian membawa dunia masuk ke dalam lorong persaingan membuat nuklir pemusnah.
Baca Juga : Dampak Penjajahan Belanda di Indonesia
Baca Juga : Dampak Penjajahan Belanda di Indonesia
Bom Atom di Nagasaki
Efek Bom Atom di Nagasaki |
Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang, seperti yang telah disetujui pada Konferensi Walta, dan melancarkan serangan besar terhadap Manchuria yang diduduki Jepang (Operasi Badai Agustus). Tiga hari setelah serangan bom di Hiroshima, bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, bomber b-29 “Bock’s Car” yang dipiloti oleh Mayor Charles Sweeney melepaskan satu bom atom Fat Man di Nagasaki. Kira-kira 150.000 dari 240.000 penduduk terbunuh, ribuan orang cidera dan terkena radiasi akibat bom atom nuklir.
Setelah Bom Atom di Hirosima dan Nagasaki : Jepang Menyerah Kepada Sekutu
Setelah Hiroshima dan Nagasaki di bom atom Sekutu, Kabinet Suzuki (kabinet Jepang saat itu) mengambil keputusan untuk menerima tuntutan Sekutu yakni menyerah tanpa syarat. Keputusan itu diumumkan pada 10 Agustus 1945 melalui pemerintah Swiss dan radio Jepang. Surat penyerahan dikirim pada tanggal 15 Agustus 1945 dengan tindak lanjut Dekrit Kaisar supaya angkatan perang meletakkan senjata, yang diikuti pengunduran diri Perdana Menteri Suzuki.
Akhirnya, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945 (tanggal 14 Agustus 1945 waktu New York). Untuk menjamin peralihan kekuasaan, Pangeran Higashikuni diangkat menjadi PM. Di wilayah Tiongkok dan Singapura dikirim para pangeran keluarga kaisar untuk menginstruksikan tentara Jepang agar meletakkan senjata.
Pada 18 Agustus Jenderal Douglas Mac Arthur, mendarat di Tokyo. Pada 2 September 1945 piagam penyerahan Jepang secara resmi ditandatangani. Jenderal Douglas Mac Arthur diangkat oleh Sekutu sebagai Supreme Commonder for the Allied Powers (SCAP). Dengan demikian. Perang Pasifik berakhir dan kekuasaan Jepang di Indonesia pun berakhir.
Baca juga artikel pilihan terkait dengan Jepang : Sejarah Penjajahan Jepang di Indonesia
Sumber Referensi :
- Krya ilmiah berjudul “Konfrontasi dan Diplomasi : Dinamika perjuangan mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia 1945-1950”. Karya Romadi. 2013.