Kumpulan Materi Sejarah, Wisata dan Artikel Menarik Lainnya

8 Jenis Jenis Manusia Purba di Indonesia Lengkap

Menelusuri jejak sejarah jenis-jenis manusia purba di Indonesia bisa menambah wawasan kita sekaligus mengenal lebih dekat dengan leluhur pendahulu, kalian tentu sudah mengetahui sedikit tentang pengertian manusia purba yang katanya (ahli sejarah) mereka hidup pada zaman pra aksara atau masa di mana belum mengenal tulisan sama sekali. Nah, berdasarkan sumber referensi buku berjudul "Sejarah Nasional Indonesia" jilid I, kita akan kupas secara lengkap jenis-jenis manusia purba yang berhasil ditemukan di Indonesia, mulai dari apa saja jenisnya, penjelasan, penemu, dan gambar sebagai pelengkap.

Secara singkat, ada 3 jenis manusia purba di Indonesia, meliputi manusia besar (Meganthropus), manusia kera berjalan tegak (Pithecanthropus) dan manusia cerdas (Homo). Dari tiga kelompok tersebut dibagi lagi kedalam beberapa jenis dengan ciri-ciri dan bentuk fosil berbeda-beda. Hasil riset membuktikan bahwa mereka hidup berpindah-pindah (nomaden), daerah favorit tempat tinggalnya berada di dekat sumber air (Sungai).

Baca Juga : Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Tidak hanya di Indonesia, jenis manusia purba juga berhasil ditemukan di negara dan benua lain, merata seluruh dunia. Contohnya manusia purba wilayah Afrika (Australopithecus Africanus), Homo Neanderthalensis, Jerman, Eropa dan Sinanthropus Pekinensis, daratan Cina. Pengelompokan jenis manusia purba di dasarkan pada hasil temuan dan umur fosulnya. Berikut ini penjelasan jenis manusia purba di Indonesia secara lengkap.

1. Meganthropus Palaeojavanicus

Jenis Jenis Manusia Purba di Indonesia
Gambar Manusia Purba Meganthropus
Meganthropus Palaeojavanicus adalah manusia purba paling primitif yang pernah ditemukan di Indonesia. Penemu jenis manusia purba ini terdiri dari 2 orang, pada tahun dan periode berbeda. Von Koenigswald (sejarawan Belanda) berhasil menemukan fragmen (fosil) rahang bawah (S6), rahang atas (S1a) dan gigi lepas (S7) di Sangiran, sekitar tahun 1936 sampai 1941. Tokoh kedua bernama Marks, ia berhasil menemukan fragmen rahang bawah dengan kode (S8) di lapisan bawah formasi Kabuh.

Berdasarkan penelitian dan analisis hasil temuan menggunakan teknik peluruhan karbon untuk mengetahui usia fosil, dapat disimpulkan bahwa Meganthropus Palaeojavanicus hidup pada zaman antara 1-2 juta tahun lalu. Kemudian, melihat dari bentuk giginya, para ahli sejarah menduga makanan utamanya tumbuh-tumbuhan. Sejarah penemuan fosil manusia purba Meganthropus Palaeojavanicus tentu sangat bermanfaat bagi Indonesia, sehingga dapat mengetahui sejarah panjang masa pra aksara kala itu.

Ciri-Ciri Meganthropus Palaeojavanicus

  1. Memiliki tubuh yang tegap.
  2. Memiliki rahang besar dan otot rahang kuat.
  3. Bagian tulang pipi tebal.
  4. Tidak mempunyai dagu.
  5. Terdapat tonjolan kepala bagian belakang.
  6. Pada bagian kening agak maju/mencolok.
  7. Jenis makanannya tumbuh-tumbuhan.
  8. Memiliki bentuk tubuh yang besar dibanding manusia purba lainnya.
  9. Memiliki tinggi 165 sampai 180 cm.
  10. Volume otak Meganthropus Palaeojavanicus diperkirakan sebesar 900 cc.

2. Pithecantropus

Jenis manusia purba di Indonesia kedua yaitu Pithecanthropus atau bisa disebut manusia kera berjalan tegak. Fosil manusia purba Pithecanthropus banyak ditemukan di Indonesia, dari banyaknya temuan maka dapat disimpulkan bahwa pada kala Plestosen Awal dan Tengah didominasi oleh jenis manusia purba ini. Pengelompokan Pithecanthropus dibagi menjadi 5 jenis, yaitu P. Erectus, P. Soloensis, P. Mojokertensis, P. Robustus dan P. Dubuis.

1). Pithecanthropus Mojokertensis

Manusia purba Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan oleh tokoh bernama Von Koeningswald melalui penelitiannya pada tahun 1936-1941. Penemuan pertama berupa tengkorak anak-anak berusia sekitar 6 tahun, lokasinya berada di sebelah utara Mojokerto dan Perning. P. Mojokertensis juga ditemukan di daerah Sangiran, berupa rahang atas, atap tengkorak, dasar tengkorak rahang bawah dan gigi lepas.

Berdasarkan hasil temuan ini, diketahui bahwa Pithecanthropus Mojokertensis hidup pada 2 1/5 sampai 1 1/4 juta tahun lalu, maka dapat disimpulkan manusia purba Mojokertensis merupakan paling tua diantara Pithecanthropus lainnya, dan diperkirakan hidup bersamaan dengan manusia purba jenis Meganthropus.

Ciri Ciri Pithecanthropus Mojokertensis

  • Berbadan tegap
  • Mempunyai tonjolan kening
  • Mukanya menonjol ke depan
  • Otot-otot tengkuk kokoh
  • Hidup sekitar 2 1/2 juta - 1 1/4 juta tahun lalu
  • Tulang pipi kuat

2). Pithecanthropus Erectus

Penemu manusia purba jenis Pithecanthrophus Erectus adalah Eugene Dubois. Fosil paling terkenal berupa atap tengkorak (T3), diperkirakan kepunyaan seorang laku-laki, volume otaknya sekitar 900cc, di temukan di Trinil pada tahun 1891. Ia juga menemukan tulang paha kiri (T3), seorang perempuan setinggi 168 cm. Temuan manusia purba P. Erectus lainya berhasil ditemukan di Sangiran, berupa tengkorak, gigi lepas, rahang bawah dan atas. Berdasarkan pertanggalan Kalium-Argon batu kalium yang berasal dari lapisan tempat ditemukannya fosil tengkorak, manusia purba jenis Pithecanthrophus Erectus hidup sekitar 1 sampai setengah juta tahun yang lalu.

Ciri-Ciri Pithecanthrophus Erectus

  1. Tinggi badannya 165 sampai 180 cm
  2. Bentuk Hidung Tebal
  3. Terdapat Tonjolan kening tebal dari sisi ke sisi
  4. Volume otak Pithecanthropus Erectus sebesar 750 sampai 1350 cc
  5. Memiliki rahang atau alat pengunyah yang kuat
  6. Gigi graham besar
  7. Postur tubuh tegap, tapi lebih tegap Meganthropus
  8. Bentuk wajah menonjol ke depan
  9. Bagian belakang kepala menonjol

3). Pitecanthropus Soloensis

Manusia purba Pitecanthropus Soloensis hidup pada awal sampai akhir kala Plestosen Tengah. Tokoh sejarawan yang berhasil menemukan manusia purba jenis ini antara lain GHR Koeningswald, Ter Harr dan Oppenoort. Pada tahun 1931 ditemukan 4 buah tengkorak yang diperkirakan perempuan berusia sekitar 15 sampai 40 tahun. Dilihat dari namanya, P. Soloensis banyak ditemukan di daerah solo, Jawa Tengah. Tapi ada beberapa yang berhasil ditemukan di Sangiran, berupa tengkorak tanpa rahang.

Ciri-Ciri  Pitecanthropus Soloensis

  1. Memiliki tinggi tubuh sekitar 165-180 cm
  2. Berbadan tehap
  3. Gigi gramham besar
  4. Rahang kuat
  5. Tidak bedagu, hidungnya lebar
  6. Makanannya tumbuhan dan hewan buruan
  7. Terdapat tonjolan pada bagian kening
  8. Volume otak sekitar 1000-1300cc

Ciri-Ciri Pithecanthropus Secara Lengkap

Dilihat dari samping :
  1. Alat kunyah besar
  2. Dahinya miring ke belakang
  3. Otak kecil, rata-rata 1000cc
  4. Letak lubang sumsum lebih ke belakang
  5. Tidak mempunyai dagu
  6. Atap bagian tengkorak tebal
  7. Bagian belakang kepala mengerucut / menyudut
  8. Tinggi tengkorak kecil
  9. Terdapat tonjolan dibagian kening
Dilihat dari muka :
  1. Memiliki dahi rendah
  2. Akar hidung lebar
  3. Terdapat sambungan tonjolan dibagian kening, terlihat jelas
Dilihat dari belakang :
  1. Atap tengkorak menyudut
  2. Terdapat lekukkan disamping lunas
  3. Bentuk lunas membujur
  4. Terdapat tonjolan tulang pendinding
  5. Bentuknya segilima

3. Homo (Manusia Purba Cerdas)

1). Homo Soloensis

Homo Soloensis, Homo Erectus Soloensis, atau Homo Soloensis manusia purba yang diperkirakan hidup di daerah Sungai Bengawan Solo purba pada Zaman Batu Tua atau Paleolitikum. Fosil-fosil Homo Soloensis ditemukan di Ngandong (Blora), Sangiran, dan Kecamatan Sambungmacan (Sragen), Pulau Jawa, Indonesia, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald antara tahun 1931 sampai 1933 di lapisan Pleistosen Atas atau Pleistosen Akhir.

Di daerah tersebut, von Koenigswald banyak menemukan fosil-fosil dan artefak-artefak prasejarah, antara lain tengkorak anak-anak, hewan menyusui, dan aneka perkakas. Ia kemudian membagi lembah Kali Solo menjadi tiga lapisan :
  • Lapisan Jetis (Pleistosen Bawah), tempat ditemukannya Pithecanthropus Robustus, Homo Mojokertensis, Meganthropus Paleojavanicus
  • Lapisan Trinil (Pleistosen Tengah), tempat ditemukannya Pithecanthropus Erectus
  • Lapisan Ngandong (Pleistosen Atas), tempat ditemukannya Homo Soloensis, Homo wajakensis

Ciri-Ciri Homo Soloensis

  • Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
  • Memiliki tinggi badan antara 130 hingga 210 cm
  • Otot tengkuk mengalami penyusutan
  • Wajah tidak menonjol ke depan, tetapi dahinya miring ke belakang
  • Tengkoraknya menunjukkan tonjolan yang lebih tebal di dekat alis.
  • Volume berkisar antara 1.013 sampai 1.251 cc

2). Homo Floresiensis

Homo floresiensis adalah nama yang diberikan oleh kelompok peneliti untuk spesies dari genus Homo, yang memiliki tubuh dan volume otak kecil, berdasarkan serial subfosil (sisa-sisa tubuh yang belum sepenuhnya membatu) dari sembilan individu yang ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores, pada tahun 2001. Kesembilan sisa-sisa tulang itu (diberi kode LB1 sampai LB9) menunjukkan postur paling tinggi sepinggang manusia modern (sekitar 100 cm). Para pakar antropologi dari tim gabungan Australia dan Indonesia berargumen menggunakan berbagai ciri-ciri, baik ukuran tengkorak, ukuran tulang, kondisi kerangka yang tidak memfosil, serta temuan-temuan sisa tulang hewan dan alat-alat di sekitarnya. Usia seri kerangka ini diperkirakan berasal dari 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu.

Kerja sama penggalian Indonesia-Australia dimulai tahun 2001 untuk mencari jejak peninggalan migrasi nenek moyang orang Aborigin Australia di Indonesia. Tim Indonesia dipimpin oleh Raden Pandji Soejono dari Puslitbang Arkeologi Nasional (dulu Puslit Arkenas) dan tim Australia dipimpin oleh Mike Morwood dari Universitas New England.

Pada bulan September 2003, setelah penggalian pada kedalaman lima meter (ekspedisi sebelumnya tidak pernah mencapai kedalaman itu), ditemukan kerangka mirip manusia tetapi luar biasa kerdil, yang kemudian disebut H. Floresiensis. Tulang-tulang itu tidak membatu (bukan fosil) tetapi rapuh dan lembap. Terdapat sembilan individu namun tidak ada yang lengkap. Diperkirakan, Liang Bua dipakai sebagai tempat pekuburan. Untuk pemindahan, dilakukan pengeringan dan perekatan terlebih dahulu.

Ciri Ciri Homo Floresiensis

  • Bentuk tengkorak yang panjang dan rendah
  • Berukuran kecil
  • Volume otak sekitar 380 cc

3). Homo Wajakensis

Homo Wajakensis (Manusia Wajak) adalah manusia purba yang pernah hidup di Indonesia. Fosil Homo wajakensis ditemukan oleh van Riestchoten pada tahun 1889 di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur. Dan manusia wajak kedua ditemukan di tempat yang sama oleh Eugene Dubois pada tahun 1890. Manusia wajak sementara dapat disejajarkan perkembangannya dengan manusia modern awal dari akhir Kala Plestosen.

Temuan Wajak menunjukkan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu Indonesia sudah didiami oleh Homo sapiens yang rasnya sukar dicocokkan dengan ras-ras pokok yang terdapat sekarang, sehingga manusia Wajak dapat dianggap sebagai suatu ras tersendiri. Diperkirakan dari manusia Wajak inilah sub-ras Melayu Indonesia dan turut pula berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang.

Ciri Ciri Homo Wajakensis

  1. Muka lebar dan datar
  2. Akar hidung lebar
  3. Bagian mulut menonjol sedikit
  4. Diatas mata terdapat busur kening nyata
  5. Dahinya agak miring
  6. Volume otak sekitar 1630cc
  7. Tingginya 173 cm

4) Homo Sapiens

Ciri-ciri manusia purba Homo Sapiens :

  1. Bentuk otot rahang, gigi dan otot kunyah sudah menyusut.
  2. Memiliki tinggi sekitar 130 sampai 210 cm.
  3. Sudah memiliki dagu.
  4. Tonjolan kening di kepala sudah agak menghilang.
  5. Ciri-cirinya mirip dengan manusia ras Austramelanosoid dan Mongoloid.
  6. Bentuk muka dan hidungnya lebar.
  7. Memiliki berat badan sekitar 35 sampai 150 kg.
  8. Memiliki volume otak 1000 sampai 1200 cc.
Baca Juga :
Demikian pembahasan mengenai Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia beserta Penemu, Ciri-Ciri dan Gambarnya. Jangan lupa like dan share artikel ini, jangan lupa pula baca artikel menarik lainnya. Kurang lebihnya penulis mohon maaf. Semoga bermanfaat bagi pembaca, terimakasih.

Share ke teman kamu:
Tags :

Related : 8 Jenis Jenis Manusia Purba di Indonesia Lengkap