Sejarah Negara Brunei Darussalam - Brunei merupakan negara kecil yang terletak di ujung Pulau Kalimantan (Borneo), berbatasan langsung dengan negara Malaysia disebelah selatan dan laut China disebelah utaranya. Total luas wilayah Brunei Darussalam yaitu 5.765 km2, ibukota negaranya berada di Bandar Seri Begawan. Wilayah brunei dibagi menjadi dua yakni bagian barat dan timur, 90% lebih masyarakatnya tinggal di bagian barat. Catatan sejarah kesultanan Brunei Darussalam dapat kita ketahui dari sumber-sumber yang berhasil ditemukan, berasal dari catatan China, Arab dan Tradisi Lisan.
Para pakar sejarah (sejarawan) percaya bahwasanya terdapat kerajaan lain sebelum berdirinya Kesultanan Brunei yang masih berdiri hingga saat ini. Di zaman sekarang, Brunei merupakan negara kaya dan masuk dalam jajaran negara dengan PDB per kapita tertinggi ke delapan di dunia. Sumber pemasukan devisa negara didapat dari hasil tambang minyak bumi dan gas alamnya yang begitu melimpah.
Baca Juga : Mata Pencaharian Penduduk Brunei Darussalam
Baca Juga : Mata Pencaharian Penduduk Brunei Darussalam
Sejarah Brunei Darussalam
Asal usul kerajaan/kesultanan Brunei dapat kita ketahui dari Batu Tarsilah. Di dalamnya berisi informasi mengenai silsilah raja, dari raja Awang Alak Betatar hingga Sultan ke-19 yang sudah memeluk agama Islam bernama Sultan Muhammad Tajuddin. Berdasarkan catatan Tiongkok, Brunei dikenal dengan nama Poin, Po-li dan Bunlai, sementara dalam catatan sejarah Arab dikenal dengan julukan Randj dan Dzabaj.
Sumber sejarah kesultanan Brunei juga diperoleh dari tradisi lisan "Syair Awang Semaun". Dari isi catatan tradisi lisan tersebut dijelaskan bahwa Brunei berasal dari kata Baru Nah, mereka adalah rombongan suku Sakai yang pergi ke Sungai Brunei untuk mendirikan negara baru.
Sejarah Islam Kesultanan Brunei
Agama Islam mulai berkembang akibat kedatangan musafir, mubaligh dan pedagang Islam di wilayah Brunei. Informasi ini diperoleh dari sumber batu nisan yang telah ditemukan, antara lain seperti batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhamad Shah AL Sultan, batu nisan P'u Kung Chih Mu, dan batu nisan Sayid Alwi Ba Faqih.
Baca Artikel Terkait :
Islam semakin berkembang pesat di Kesultanan Brunei setelah Syarif Ali diangkat menjadi Sultan Brunei ke tiga, tepatnya pada tahun 1425 masehi. Ia merupakan Ahlul Bait keturunan dari cucu Rasulullah Shalallahualaihi Wassallam (sumber dari prasasti Batu Tarsilah). Perkembangan Islam kemudian menyebar di wilayah sekitar Brunei seperti Sambas dan Sulu.
Sejarah Kemerdekaan Brunei Darussalam
Brunei mendeklarisikan kerajaan baru yang bertujuan untuk mengurus pemerintahan, tepatnya pada tahun 1959. Sementara urusan hubungan luar negari, pertahanan dan keamanan menjadi tanggung jawa pihak Britania (Inggris). Namun pada perkembangan selanjutnya terjadi pemberontakan di beberapa wilayah kekuasaannya yang menginginkan menjadi negara Kesatuan Borneo Utara.
Pemberontakan tersebut dilakukan oleh partai oposisi yakni Partai Rakyat Brunei, beberapa wilayah yang akan dijadikan negara yang dimaksud diantaranya adalah Brunei, North Borneo dan Sarawak. Pemberontakan ini kemudian dapat diredam oleh pihak Britania.
Pada awal tahun 1960an, Kesultanan Brunei mendapat tawaran untuk bergabung menjadi bagian negara Malaysia, namun Sultan Brunei saat itu menolaknya. Sultan kemudian berkeinginan untuk membentuk sebuah negara sendiri yang merdeka.
Brunei kemudian mencapai kemerdekaannya pada tanggal 1 Januari 1984 setelah menandatangani perjanjian persahabatan dan kerjasama dengan pihak Britania Raya (Inggris). Saat itu, Brunei dipimpin oleh Sultan Hassanal Bolkiah yang merupakan putra sulung dari Sultan Omar Ali Saifuddin III.
Baca Juga :
Demikian pembahasan singkat mengenai Sejarah Brunei Darussalam, dari sebelum merdeka hingga berdiri sendiri menjadi sebuah negara yang merdeka. Semoga berguna dan bermanfaat untuk menambah wawasan sejarah kita. Baca juga artikel menarik dan informatif lainnya terkait Brunei Darussalam. Sekian, terimakasih.