Sejarah Kerajaan Singasari Lengkap - Sub tema pembahasan meliputi Awal Berdirinya, Kehidupan Politik, Kehidupan Ekonomi, Sosial, Sumber Sejarah, Masa Kejayaan, Masa Keruntuhan dan Peninggalan. Sedikit pendahuluan, Kerajaan Singasari merupakan kerajaan yang didirikan oleh Ken Arok berlokasi di Kutaraja dan berpusat di Tumapel. Asal usul dari Ken Arok sendiri tidak jelas, menurut para ahli sejarah, ayah Ken Arok merupakan pejabat tinggi Kerajaan Singasari.
Hal ini dibuktikan dengan wawasan berfikir, strategi dan ambisi yang cukup tinggi serta kemampuan seperti itu jarang dimiliki oleh petani biasa. Selain itu, menurut kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak dari seorang petani dari sebuah desa disebelah timur gunung kawi. Menarik bukan? Simak artikel mengenai sejarah Kerajaan Singasari lengkap dibawah ini.
Hal ini dibuktikan dengan wawasan berfikir, strategi dan ambisi yang cukup tinggi serta kemampuan seperti itu jarang dimiliki oleh petani biasa. Selain itu, menurut kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak dari seorang petani dari sebuah desa disebelah timur gunung kawi. Menarik bukan? Simak artikel mengenai sejarah Kerajaan Singasari lengkap dibawah ini.
Sejarah Kerajaan Singasari
Berdirinya Kerajaan Singasari diawali dari sebuah desa yang terletak di sebelah timur Gunung Kawi, tepatnya di hulu sungai Brantas. Wilayah tersebut (sekarang) termasuk daerah Kabupaten Malang, Jatim. Pada abad 13 wilayah Kerajaan Singasari hanya sebuah desa kecil, tetapi kemudian lambat laun wilayah tersebut berubah semenjak ada seorang pemuda bernama Ken Arok yang berhasil menguasai daerah tersebut dari kekuasaan Kerajaan Kediri yang saat itu dipimpin oleh Kertajaya tahun 1222 M.
Sebelum menjadi raja di Kerajaan Singasari, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan tunggul Ametung yang telah dibunuh olehnya. Pembunuhan tersebut dilakukan karena ia tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung. Kemudian ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kediri yang diperintah oleh Raja Kertajaya. Kemudian Ken Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan.
Perebutan kekuasaan tersebut melalui beberapa proses. Awal mulanya, datang pendeta dari Kediri untuk meminta bantuan dari Ken Arok karena perlakuan yang sewenang-wenang yang dilakukan oleh Kertajaya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Ken Arok untuk mempropa gandakan pendeta tersebut dan akhirnya terjadi pemberontakan terhadap Kerajaan Kediri.
Terjadilah peperangan besar yang terjadi antara pasukan Ken Arok dan Kertajaya, semua pasukan dari Kerajaan Kediri beserta Kertajaya dapat dibinasakan. Kemudian Ken Arok dinobatkan menjadi Raja oleh rakyat Tumapel dan Kediri. Dari sini muncul lah benih-benih berdirinya Kerajaan Singasari.
Baca juga: Sumber Sejarah Kerajaan Singasari
Sebelum menjadi raja di Kerajaan Singasari, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan tunggul Ametung yang telah dibunuh olehnya. Pembunuhan tersebut dilakukan karena ia tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung. Kemudian ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kediri yang diperintah oleh Raja Kertajaya. Kemudian Ken Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan.
Wilayah Kekuasaan Kerajaan Singasari |
Terjadilah peperangan besar yang terjadi antara pasukan Ken Arok dan Kertajaya, semua pasukan dari Kerajaan Kediri beserta Kertajaya dapat dibinasakan. Kemudian Ken Arok dinobatkan menjadi Raja oleh rakyat Tumapel dan Kediri. Dari sini muncul lah benih-benih berdirinya Kerajaan Singasari.
Baca juga: Sumber Sejarah Kerajaan Singasari
Berdirinya Kerajaan Singasari
Dari wilayah yang berhasil di rebut tersebut, Ken Arok kemudian mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Kutaraja serta mengambil gelar raja nya sebagai Rajasa Sang Amurwabhumi. Kemudian nama Kerajaan Singasari baru muncul atau dinamakan semenjak tahun 1254 oleh cucunya yang bergelar Wisnuwardhana. Singasari kemudian menguasai wilayah Jawa Timur dari tahun 1222 sampai 1292 M. Berdirinya Kerajaan Singasari memiliki keterkaitan dengan Kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 Masehi.Raden Wijaya sendiri merupakan menantu dari Raja Kertanegara dan kertanegara adalah raja Kerajaan Singasari terakhir yang meninggal dalam peperangan melawan pemberontak yang mengatasnamakan Kerajaan Kediri di bawah pimpinan Jayakatwang. Raden Wijaya secara resmi menjadi raja Majapahit setelah berhasil mengalahkan tentara Jayakatwang yang telah merebut Kerajaan Singasari. Raden Wijaya melakukannya dengan bantuan tentara mongol dari China yang awalnya datang ke Jawa untuk tujuan menaklukkan Kerajaan Singasari yang ternyata sudah terlebih dahulu diruntuhkan oleh Jayakatwang.
Baca Juga Sejarah Kerajaan Islam:
Kehidupan Politik Kerajaan Singasari
Kehidupan Politik Kerajaan Singasari dapat kita pelajari dari isi Kitab Pararaton. Pararaton menyebutkan bahwa Raja pertama dari Kerajaan Singasari adalah Ken Arok kemudian digantikan oleh Anusapati, Tohjaya, Wisnuwardhana, dan terakhir kertanegara. Sementara Versi dari kitab Negarakertagama raja pertama Kerajaan Singasari bernama Rangga Rajasa, kemudian digantikan Anusapati, Wisnuwardhana, dan terakhir Kertanegara. Selengkapnya bisa disimak berikut ini :
1. Raja Pertama : Ken Arok Tahun 1222 - 1227 Masehi.
Pendiri Kerajaan Singasari dan sekaligus raja pertama adalah Ken Arok. Setelah Ken Arok menjadi raja pertama Kerajaan Singasari, menyebabkan munculnya dinasti baru yaitu Rajasa. Ken Arok memerintah Singasari selama tahun 1222 sampai 1227 Masehi. Kemudian, sekitar tahun 1227 Masehi ia dibunuh oleh pembunuh suruhan dari Anuspati. Anuspati sendiri merupakan anak tiri dari raja Ken Arok.
2. Raja Kedua : Anusapati Tahun 1227 - 1248 Masehi.
Dibunuhnya Ken Arok oleh Anusapati, kemudian tahta raja Kerajaan Singasari dapat beralih kepadanya. Anusapati memerintah selama kurang lebih 2 tahun. Saat ia memimpin, Kerajaan Singasari tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Kemudian, kematian raja pertama Ken Arok dapat terbongkar dan diketahui oleh Tohjoyo (putra kandung Ken Arok). Thohjoyo kemudian mengatur strategi untuk membunuh Anusapati. Dan akhirnya Anusapati dibunuh menggunakan keris Mpu Gandring. Keris ini ditusukan ke Anuspati sampai wafat.
3. Raja Ketiga : Tohjoyo Tahun 1248 Masehi
Dibunuhnya Anusapati oleh Tohjoyo kekuasaan Kerajaan Singasari kemudian berada di tangannya. Akan tetapi kekuasaan dari Tohjoyo tidak berlangsung lama. Karena aksi balas dendam masih berlanjut. Tohjoyo dibunuh oleh anak dari Anusapati yakni Ranggawuni. Dengan bantuan anak buahnya, Ranggawuni berhasil membunuh Tohjoyo dan merebut kekuasaan Kerajaan Singasari.
4. Raja Keempat : Ranggawuni atau Wisnuwardhana Tahun 1248 - 1268 Masehi
Dalam pemerintahan Ranggawuni, Kerajaan Singasari sedikit demi sedikit mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik, hal ini dengan ditandai dengan ketenteraman dan kesejahteraan rakyat Singasari. Kemudian, pada tahun 1254, Ranggawuni menyerahkan kekuasaan kerajaan Singasari kepada anaknya yang masih muda bernama Kertanegara, ia kemudian menjadi raja muda. Kertanegara dipersiapkan untuk menjadi raja besar. Setelah itu, sekitar tahun 1268 Ranggawuni meninggal.
5. Raja Kelima : Kertanegara Tahun 1268 - 1292 Masehi.
Kertanegara merupakan Raja Kerajaan Singasari yang terbesar dan terakhir. Kebesaran Kertanegara dibuktikan dengan cita-citanya untuk mempersatukan seluruh wilayah Nusantara (Sekarang Indonesia). Kertanegara menjadi raja pada tahun 1268, pada saat berkuasa ia dibantu oleh 3 menteri atau mahamentri. Agar dapat mewujudkan impian menyatukan wilayah Nusantara, Raja Kertanegara mengganti beberapa pejabat Kerajaan Singasari yang sudah tua dan digantikan dengan pejabat baru.
Setelah Jawa berhasil dikuasai oleh Kerajaan Singasari, kemudian ia berusaha untuk menguasai daerah lain. Selanjutnya Kertanegara mengirim utusan untuk menuju ke Melayu yang kita kenal dengan Ekspedisi Pamalayu tahun 1275 Masehi, ekspedisi ini ternyata berhasil dan dapat menduduki Kerajaan Melayu. Berhasilnya ekspedisi ditandai dengan Kertanegara mengirimkan patung Amogapasa ke Dharmasraya. Tujuannya untuk menguasai Selat Malaka.
Selain itu ia juga menaklukkan Bali, Sunda, Pahang dan Gurun di wilayah Maluku. Raja Kertanegara juga menjalin hubungan dengan raja Champa, hal ini bertujuan untuk menahan perluasan kekuasaan Kublai Khan dari Mongol. Kemudian, Kublai Khan menuntut raja raja wilayah selatan salah satunya Kerajaan Singasari untuk mengakui kekuasaannya.
Kemudian Kertanegara menolak, selanjutnya melukai utusan Kublai Khan tersebut. Akibat tindakan yang dilakukan oleh Kertanegara, membuat Kublai Khan marah besar dan merencanakan penghukuman selanjutnya ia mengirimkan pasukannya ke Pulau Jawa.
Serangan oleh Jayakatwang terhadap Kerajaan Singasari dilakukan dari 2 arah, yaitu arah utara dan selatan. Pasukan yang menyerang dari arah utara merupakan pasukan pancingan atau sebagai pemancing, kemudian pasukan yang menyerang dari arah selatan adalah pasukan utama. Pasukan yang datang dari arak selatan langsung dipimpin oleh Jayakatwang, pasukan ini berhasil masuk ke dalam Istana Kerajaan Singasari dan menemukan Kertanegara yang sedang melakukan pesta dengan para pejabat istana kerajaan.
Kertanegara beserta pejabat istana Kerajaan Singasari tewas dalam serangan ini. Raden Wijaya (menantu Kertanegara) berhasil lolos dan kemudian menyelamatkan diri menuju daerah Madura. Wijaya kemudian meminta bantuan dan perlindungan kepada Aria Wiraraja (penguasa Sumenep). Berkat bantuannya, Raden Wijaya kemudian dapat diampuni dan bertekuk lutut terhadap Jayakatwang.
Selanjutnya, Raden Wijaya diberi tanah dengan nama Hutan Tarik yang nantinya menjadi asal usul dari Kerajaan Majapahit. Dengan meninggalnya raja Kertanegara pada tahun 1292, Kerajaan Singasari kemudian berhasil beralih ke Jayakatwang. Hal ini membuat berakhirlah kekuasaan Kerajaan Singasari.
Selain itu ia juga menaklukkan Bali, Sunda, Pahang dan Gurun di wilayah Maluku. Raja Kertanegara juga menjalin hubungan dengan raja Champa, hal ini bertujuan untuk menahan perluasan kekuasaan Kublai Khan dari Mongol. Kemudian, Kublai Khan menuntut raja raja wilayah selatan salah satunya Kerajaan Singasari untuk mengakui kekuasaannya.
Kemudian Kertanegara menolak, selanjutnya melukai utusan Kublai Khan tersebut. Akibat tindakan yang dilakukan oleh Kertanegara, membuat Kublai Khan marah besar dan merencanakan penghukuman selanjutnya ia mengirimkan pasukannya ke Pulau Jawa.
Rekomendasi Artikel Untuk Anda ;Datangnya pasukan mongol membuat Raja Kertanegara melakukan tindakan dengan menghadang pasukan tersebut. Langkah yang dilakukan Kertanegara ternyata diketahui oleh Jayakatwang, sehingga ia memanfaatkan momen tersebut untuk menyerang istana dari Kerajaan Singasari. Jayakatwang sendiri merupakan keturunan Kertajaya (Raja terakhir Kerajaan Kediri).
Serangan oleh Jayakatwang terhadap Kerajaan Singasari dilakukan dari 2 arah, yaitu arah utara dan selatan. Pasukan yang menyerang dari arah utara merupakan pasukan pancingan atau sebagai pemancing, kemudian pasukan yang menyerang dari arah selatan adalah pasukan utama. Pasukan yang datang dari arak selatan langsung dipimpin oleh Jayakatwang, pasukan ini berhasil masuk ke dalam Istana Kerajaan Singasari dan menemukan Kertanegara yang sedang melakukan pesta dengan para pejabat istana kerajaan.
Kertanegara beserta pejabat istana Kerajaan Singasari tewas dalam serangan ini. Raden Wijaya (menantu Kertanegara) berhasil lolos dan kemudian menyelamatkan diri menuju daerah Madura. Wijaya kemudian meminta bantuan dan perlindungan kepada Aria Wiraraja (penguasa Sumenep). Berkat bantuannya, Raden Wijaya kemudian dapat diampuni dan bertekuk lutut terhadap Jayakatwang.
Selanjutnya, Raden Wijaya diberi tanah dengan nama Hutan Tarik yang nantinya menjadi asal usul dari Kerajaan Majapahit. Dengan meninggalnya raja Kertanegara pada tahun 1292, Kerajaan Singasari kemudian berhasil beralih ke Jayakatwang. Hal ini membuat berakhirlah kekuasaan Kerajaan Singasari.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Singasari
Sumber sejarah mengenai kehidupan ekonomi Kerajaan Singasari sama sekali tidak ada, akan tetapi berdasarkan analisis mengenai pusat Kerajaan Singasari yang berada di sekitar Sungai Brantas dapat kita analisis bahwa kehidupan ekonomi masyarakat mengandalkan pertanian dan perdagangan.
Hal ini didukung hasil bumi yang sangat melimpah sehingga Kertanegara melakukan perluasan wilayah terhadap tempat-tempat yang strategis sebagai lalulintas perdagangan. Dengan analisis tersebut, sektor perdagangan juga menjadi sektor yang sangat vital dalam pengembangan perekonomian Kerajaan Singasari.
Hal ini didukung hasil bumi yang sangat melimpah sehingga Kertanegara melakukan perluasan wilayah terhadap tempat-tempat yang strategis sebagai lalulintas perdagangan. Dengan analisis tersebut, sektor perdagangan juga menjadi sektor yang sangat vital dalam pengembangan perekonomian Kerajaan Singasari.
Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Singasari
Dalam bidang sosial, pada kehidupan masyarakat Kerajaan Singasari mengalami pasang surut yakni sejak zaman Ken Arok sampai Wisnuwardhana. Pada masa Ken Arok kehidupan sosial sangat terjamin. Hal ini ditandai dengan kemakmuran dan ketentraman kehidupan masyarakat Kerajaan Singasari. Selanjutnya pada masa raja Anusapati, masyarakat Singasari kehidupannya mulai terabaikan, karena Raja lebih mementingkan hobinya yakni Sabung Ayam ketimbang mengurusi kemakmuran rakyatnya.
Pada masa Wisnuwardhana menjadi raja Kerajaan Singasari, keadaan sosial masyarakat Kerajaan Singasari semakin membaik. Kemakmuran rakyat makin dapat dirasakan serta dapat hidup dengan aman dan sejahtera saat pemerintahan raja Kertanegara. Raja Kertanegara, melakukan pembangunan dengan kerja keras dan tanpa henti.
Kemudian cita-cita Kertanegara untuk menyatukan Nusantara dibawah naungan Kerajaan Singasari dapat tercapai juga walaupun belum sempurna. Wilayah yang berhasil dikuasai meliputi Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Bali, Melayu, Sulawesi, Maluku, Melayu, Kalimantan dan Semenanjung Malaka.
Kemudian cita-cita Kertanegara untuk menyatukan Nusantara dibawah naungan Kerajaan Singasari dapat tercapai juga walaupun belum sempurna. Wilayah yang berhasil dikuasai meliputi Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Bali, Melayu, Sulawesi, Maluku, Melayu, Kalimantan dan Semenanjung Malaka.
Candi Peninggalan Kerajaan Singasari |
Sumber Sejarah Kerajaan Singasari
Ada beberapa sumber sejarah yang terkait dengan keberadaan Kerajaan Singasari yakni dari kitab Pararaton, Negarakertagama dan beberapa candi peninggalan Kerajaan Singasari.
- Kitab Pararaton : Dalam kitab ini, kita dapat mengetahui mengenai asal-usul dari raja pertama Kerajaan Singasari, yakni Ken Arok. (Kisah hidupnya sudah dijelaskan diatas)
- Kitab Negarakertagama : kitab ini merupakan karangan Mpu Pranca yang isinya menjelaskan tentang raja-raja dari Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Majapahit.
- Bangunan Candi : Keberadaan Kerajaan Singasari juga dibuktikan dengan penemuan beberpa candi yaitu Candi Kidal, Candi Jago Candi dan Candi Singasari.
Masa Kejayaan Kerajaan Singasari
Kejayaan Kerajaan Singasari dapat dibuktikan beberapa bekas peninggalan kemajuan peradaban, ekonomi, budaya maupun politik. Puncak kejayaan Kerajaan Singasari terjadi pada masa pemerintahan raja Kertanegara atau gelarnya Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Kertanegara merupakan raja yang tegas, ketegasan tersebut dibuktikan dengan mengganti pejabat yang tidak berkualitas atau tidak mau mematuhinya.
Dengan cara tersebut, Kerajaan Singasari menjadi negara yang memiliki ketahanan yang tinggi di berbagai bidang. Kertanegara juga menjalin hubungan dengan kerajaan lain, seperti kerajaan Campa. Dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Kertanegara, Singasari menjadi kerajaan terkuat di Nusantara. Kerajaan Singasari juga kuat secara perdagangan dan militernya sehingga mempengaruhi situasi politik dan ekonomi yang stabil.
Baca: Letak Kerajaan Singasari Berdasarkan Bukti
Dengan cara tersebut, Kerajaan Singasari menjadi negara yang memiliki ketahanan yang tinggi di berbagai bidang. Kertanegara juga menjalin hubungan dengan kerajaan lain, seperti kerajaan Campa. Dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Kertanegara, Singasari menjadi kerajaan terkuat di Nusantara. Kerajaan Singasari juga kuat secara perdagangan dan militernya sehingga mempengaruhi situasi politik dan ekonomi yang stabil.
Baca: Letak Kerajaan Singasari Berdasarkan Bukti
Keruntuhan Kerajaan Singasari
Keruntuhan Kerajaan Singasari disebabkan karena terjadi sengketa dari lingkup internal kerajaan ini yaitu terjadinya perebutan kekuasaan. Selain itu, sebab yang lain adalah adanya penghinaan terhadap Khubilai Khan. Penghinaan ini disebabkan karena utusanya dilecehkan dan dianiaya, hal ini merupakan sebagai pengumuman perang. Utusan yang dilukai di Kerajaan Singasari tersebut kembali menghadap Khubilaikan.
Setelah itu, ia marah dan kemudian melakukan pengiriman pasukan terkuat untuk menghancurkan Kerajaan Singasari. Kemudian, pasukan yang diutus berangkat dengan dipimpin oleh 3 panglima perang, tepatnya pada awal tahun 1292 masehi. Untuk mencegah kekuatan pasukan mongol mamasuki istana kerajaan Singasari, Kertanegara mengutus seluruh pasukannya untuk menghadang pasukan mongol tersebut.
Setelah itu, ia marah dan kemudian melakukan pengiriman pasukan terkuat untuk menghancurkan Kerajaan Singasari. Kemudian, pasukan yang diutus berangkat dengan dipimpin oleh 3 panglima perang, tepatnya pada awal tahun 1292 masehi. Untuk mencegah kekuatan pasukan mongol mamasuki istana kerajaan Singasari, Kertanegara mengutus seluruh pasukannya untuk menghadang pasukan mongol tersebut.
Tetapi tiba-tiba arah serangan datang dari pihak lain, yakni dari keturunan raja Kediri yakni Jayakatwang. Ini merupakan balas dendam atas kematian leluhurnya oleh leluhur raja Kertanegara. Dalam kitab pararaton dijelaskan, usaha meruntuhkan Kerajaan Singasari yang dilakukan oleh Jayakatwang mendapat bantuan dari Arya Wiraraja, Adipati Sungenep yang telah dijatuhkan dari keraton oleh raja Kertanegara. Wiraraja itulah yang memberitahukan kepada Jayakatwang kapan waktu yang tepat untuk menyerang Singhasari, yaitu pada waktu sebagian kekuatan besar tentara Kerajaan Singasari sedang ada di Melayu.
Serangan Jayakatwang terhadap Singasari dilancarkan antara pertengahan Mei dan pertengahan bulan Juni 1292. Prasasti Kudadu yang bertahun Saka 1216, maupun kitab Pararaton menjelaskan bahwa tentara Kadiri dibagi dua menyerang dari dua arah. Pasukan yang menyerang dari utara rupa-rupanya hanya sekedar untuk menarik pasukan Singasari dibawah pimpinan Wijaya dan pasukan yang lain menyerbu ke utara dan mengejar musuh yang selalu bergerak mundur maka pasukan Jayakatwang yang menyerang dari arah selatan menyerbu ke keraton Singasari dan dapat membunuh raja Kertanegara yang menurut Kitab Pararaton sedang berpesta.
Sumber lain menyebutkan bahwa raja Kertanegara meninggal bersama para Brahmana, jadi rupa-rupanya raja sedang melakukan upacara keagamaan dengan gugurnya raja Kertanegara. Pada tahun 1292 seluruh Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang. Kemudian Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Singasari akhirnya berakhir.
Sumber lain menyebutkan bahwa raja Kertanegara meninggal bersama para Brahmana, jadi rupa-rupanya raja sedang melakukan upacara keagamaan dengan gugurnya raja Kertanegara. Pada tahun 1292 seluruh Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang. Kemudian Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Singasari akhirnya berakhir.
Peninggalan Kerajaan Singasari
Seperti halnya dengan kerajaan lainnya, Kerajaan Singasari juga meninggalkan beberapa jejak peninggalan sejarah yang dapat kita jumpai. Peninggalan tersebut merupakan sebuah sumber yang dapat kita lihat sebagai patokan mengenai keberadaan kerajaan singasari. Peninggalan Kerajaan Singasari berupa bangunan Candi, Arca dan Prasasti.
- Candi : Candi Singasari, Candi Jago, Candi Sumber Awan, Candi Jawi dan Candi Kidal
- Arca : Arca Dwarapala,
- Prasasti : Prasasti Singasari, Prasasti Wurare.
Baca Juga Kerajaan Hindu-Budha Lainnya:
Demikian rangkuman mengenai Sejarah Kerajaan Singasari Lengkap. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca semua, baca juga artikel menarik lainnya. Jangan lupa like dan Share biar makin berkah. Kurang lebihnya penulis mohon maaf. Sekian Terimakasih.
Sumber Referensi:
- Notosusanto, Nugroho, dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka
- Wikipedia