Sejarah Dinasti Chin (221-207 SM) - Dalam kurun waktu tiga puluh tahun setelah Dinasti Chou berakhir, negara vassal Ch'in di bawah pimpinan Ch'eng telah berhasil menaklukkan 6 negara vassal yang lain, dan selanjutnya berhasil mendirikan Dinasti Chin (Qin). Setelah menjadi penguasa , Cheng menggunakan gelar Shih HUang Ti (Ch'in Shih Huang Ti).
Raja Cheng menganggap dirinya lebih kuat dari tiga Raja dan lima Kaisar ( San Huang Ti = Tiga Huang dan Lima Ti), untuk menunjukan kebijaksanaannya dan kepandaiannya ia menggunakan gelar Huang Ti, di mana dalam gelar ini terhimpun tiga gelar raja dan lima kaisar tersebut. Sebutan Huang Ti pada umumnya sama dengan Kaisar.
Oleh karena itu, Dinasti ini penting dalam sejarah China, karena dinasti ini berhasil mencetuskan sistem pemerintahan kekaisaran yang dapat berlangsung sampai dengan awal abad XX. Di bawah pemerintahan Shih Huang Ti, seluruh China berhasil dipersatukan.
Berikut ini peta Dinasti Chin :
Dinasti Chin (Qin) 221-207 SM
Seumur hidupnya Shih Huang Ti memperlihatkan tenaga kerja yang jarang terdapat dalam keluarga raja-raja. Ia dilukiskan sebagai “Raja negara Ch’in adalah seseorang yang berhidung besar, bermata besar dan mempunyai dada seperti dada seekor burung elang, suaranya seperti seekor anjing hutan, ia sedikit sekali menaruh rasa kasihan dan ia berani seperti harimau atau seekor serigala”.
Shih Huang Ti memegang kendali pemerintahan sejak berumur 13 tahun. Dan salah satu keberhasilan Shih Huang Ti, adalah bahwa ia dapat mempersatukan seluruh China. Faktor-faktor yang membantu dalam keberhasilan Shih Huang Ti dalam mempersatukan China antara lain : Pertama, karena Dinasti Ch’in terletak di antara Shensi dan Kansu, letak yang sangat strategis yakni mudah mengadakan serangan dan sulit untuk diserang.
Kedua, karena ia mempunyai banyak ahli tata negara yang pandai, seperti Hertog Mu, Hertog Hsiao, Shang Yang, Lu Pu Wei, Han Fei Tze dan Li Ssu. Pada masa ini, di Dinasti Ch’in banyak orang-orang pandai di bidang pemerintahan. Berdirinya Dinasti Chin membuka lembaran baru dalam sejarah China. Dinasti Ch’in dibangun di atas konsepsi ajaran golongan legalitas di bawah pimpinan Perdana Menteri Shang Yang, sehingga Kerajaan Ch’in menjadi kuat.
Pada 214 SM Dinasti Chin telah berhasil mengadakan ekspansi ke Chekiang, Fukein, dan Kwangtung sampai di Sungai Merah Indocina. Pada 215 SM ekspansi dilanjutkan ke daerah-daerah Hunan, Szechuan, Kweichow bahkan sampai Korea. Penasehat utama Kaisar Shih Huang Ti ialah Li Ssu, murid Shun Tze. Yang diingat oleh Li Ssu dari ajaran-ajaran gurunya hanya bagian yang menyatakan bahwa sifat manusia pada dasarnya buruk dan ia berharap memperbaiki itu bukan dengan memberikan pelajaran melainkan dengan menggunakan hukum-hukum yang berat.
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Shih Huang Ti, antara lain :
- Untuk menahan serangan dari luar atau serangan dari bangsa barbar, maka ia membangun tembok besar yang terkenal dengan nama “The Great Wall” (Tembok Raksasa) atau Wab Li Chang Cheng. Panjangnya mencapai 10.000 li (6.450 KM).
- Menghapuskan feodalisme dan membentuk pemerintahan yang bersifat sentralisasi. Seluruh China dibagi menjadi daerah-daerah provinsi, yang masing-masing dikuasai oleh seseorang Gubernur.
- Mengadakan pembakaran buku-buku kuno karya Kung Fu Tze, kecuali buku-buku mengenai pertanian, ramalan dan pengobatan.
- Memusnahkan benteng-benteng di daerah yang tidak digunakan lagi.
- Membangun jalan raya yang menghubungkan Pusat dan daerah-daerah, membangun jembatan dan saluran air.
- Menyeragamkan ukuran, timbangan, ukuran roda dan lainnya.
Pada 210 SM Shih Huang Ti meninggal dunia. Ia meninggal dalam perjalanan. Hal meninggalnya kaisar dirahasiakan selama rombongan belum sampai ke istana, karena dikhawatirkan akan timbul pemberontakan, sebab masa pemerintahannya penuh dengan kekejaman dan kebengisan. Untuk mengelabuhi orang banyak, maka seseorang hamba istana didudukkan dalam suatu kereta tertutup yang memuat peti jenazah kaisar dalam perjalanan menuju istana.
Segera setelah Shih Huang Ti meninggal, mulailah timbul suatu komplotan. Memang sebelum ia meninggal sebenarnya telah menulis sepucuk surat kepada putera sulungnya, yakni Fu Ssu yang ketika itu beredar di perbatasan utara sebagai orang buangan (sebagai mandor dalam pembuatan Tembok Raksasa sebagai akibat dari pembangkangan terhadap perintah ayahnya ketika menghukum para sastrawan yang tidak mau menyerahkan bukunya untuk dimusnahkan).
Dengan surat itu sebenarnya Shih Huang Ti mengangkat putera sulungnya sebagai penggantinya. Akan tetapi karena saat itu timbul komplotan yang terdiri dari Li Ssu dan Chao Kao yang membuat surat palsu yang ditujukan kepada Fu Ssu agar supaya bunuh diri. Selanjutnya komplotan itu memaklumkan suatu sabda kaisar palsu yang mengangkat putera kedua, yakni Hu Hai sebagai penggantinya.
Putera kedua inilah yang kemudian memegang tampuk kekuasaan dengan gelar Erl Shih Huang Ti yang berarti kaisar kedua. Ia memiliki kemiripan dengan ayahnya dalam hal kesombongan, akan tetapi tidak cakap dalam hal pemerintahan. Pada masa ini, orang yang berpengaruh yakni Chao Kao dan Li Ssu. Di istana timbul kekacauan akibat pemalsuan surat wasiat. Selanjutnya Chao Kao membunuh pembantu-pembantu Shih Huang Ti seperti Meng Tien dan Li Ssu. Bersamaan dengan itu, di daerah-daerah muncul pemberontakan yang di bawah pimpinan Chen She.
Pemberontakan yang terjadi dapat diredam, namun kemudian pada 207 SM Erl Shih Huang Ti dibunuh oleh Chao Kao. Sebagai penggantinya diangkat lah cucu Shih Huang Ti yakni Tze Ying. Setelah Tze Ying berkuasa, ia mengetahui perbuatan-perbuatan Chao Kao yang begitu keji, maka akhirnya ia memerintahkan untuk membunuh Chao Kao beserta keluarganya. Dengan ini berarti situasi kerajaan menjadi sangat kacau. Kekacauan ini digunakan oleh kaum pemberontak untuk merebut tahta kerajaan.
Pemberontakan di bawah pimpinan Hsing Yu berhasil memasuki istana dan berhasil membunuh Tze Ying. Dengan meninggalnya Tze Ying maka berakhirlah dinasti Chin. Biarpun Shin Huang Ti berusaha sekuat tenaga agar Tiongkok tetap dipertahankan oleh keturunannya, namun dinastinya hanya bertahan selama 15 tahun setelah ia meninggal.
Sementara itu terjadilah perebutan kekuasaan antara Hsing Yu dengan Liu Pang dan berakhir dengan kemenangan Liu Pang dan berhasil mendirikan dinasti baru yakni Dinasti Han.
Baca Dinasti selanjutnya : Dinasti Han (206 SM – 220 SM)
Baca Dinasti sebelumnya : Dinasti Chou (1222-221 SM)
Sumber Referensi :
- Drs. Leo Agung S. MPd. 2013.Sejarah Asia Timur I. Ombak.