Kumpulan Materi Sejarah, Wisata dan Artikel Menarik Lainnya

Teori Belajar Behavioristik, Kognitif dan Humanistik

Teori Belajar Behavioristik, Kognitif dan Hunaistik - Perkembangan teori belajar akan memberi kontribusi pada perkembangan teori pembelajaran. Pada saat ini pengaruh teori belajar yang secara jelas mempengaruhi pembelajaran adalah teori belajar kognitif, behavioristik, Humanistik dan teori Kontemporer. Karena pendidikan nasional kita tidak jelas mengikuti teori belajar tertentu mana yang dianut secara konsisten tetapi lebih efektif, maka dalam praktek pembelajaran di sekolah-sekolah kadang-kadang guru asal usulnya sehingga akan mudah melakukan penyimpangan konsep dasarnya.

Oleh karena itu, mempelajari teori pembelajaran dan konsep-konsep pembelajaran behavioristik, kognitif dan humanistik dapat membantu guru dalam melaksanakan dan mengembangkan proses pembelajaran di sekolah-sekolah. Berikut ini pembahasan ketiga teori pembelajaran yang sudah disebutkan diatas.
Teori Belajar Behavioristik, Kognitif dan Humanistik
Proses Pembelajaran

Teori Belajar Behavioristik

Pembelajaran menurut teori behavioristik adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan lingkungan dengan tingkah laku siswa, karena itu juga disebut pembelajaran perilaku. 

Dalam pembelajaran perilaku tidak lepas dari prinsip bahwa perilaku berubah menurut konsekuensi-konsekuensi langsung. Konsekuensi itu bisa menyenangkan (reinforcement) dan bisa juga tidak menyenangkan (punishment). Pembelajaran yang menyenangkan akan memperkuat perilaku, sebaliknya pembelajaran yang kurang menyenangkan memperlemah perilaku.

Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam teori behavioristik, antara lain :
  • Perlu diberikan reinforcemen (penguatan) untuk meningkatkan motivasi belajar. 
  • Pemberian penguatan itu dapat berupa reinforcer sosial (senyuman dan pujian), reinforcer aktivitas (pemberian mainan) dan reinforcer simbolik (uang, nilai).
  • Hukuman (punishment) dapat digunakan sebagai alat pembelajaran, tetapi perlu hati-hati. Hukuman dapat diberikan sebagai alat pendidikan terakhir setelah anak melakukan kenakalan, kemalasan dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya guru tidak boleh marah.
  • Kesegaran konsekuensi (immediancy), salah satu prinsip dalam teori perilaku adalah perilaku belajar yang segera diikuti konsekuensi akan lebih berpengaruh dari perilaku yang disertai konsekuensi yang lambat. Maka dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memberikan pujian atau teguran setelah anak berhasil atau tidak berhasil.
  • Pembentukan (shaping), di samping memberikan pengajaran, guru juga memberikan penguatan agar tujuan dapat tercapai. Misalnya dalam pembelajaran keterampilan, guru mendemonstrasikan cara tertentu dan diikuti oleh siswa, pada saat siswa mengikuti latihan guru memberikan penguatan sehingga ketrampilan yang diharapkan dapat tercapai.
Secara umum, penerapan prinsip belajar perilaku, dapat dilihat pada langkah-langkah pembelajaran berikut ini:
  1. Menentukan tujuan instruksional.
  2. Menganalisis lingkungan kelas termasuk identifikasi "entry behavior" siswa.
  3. Menentukan materi pelajaran.
  4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil.
  5. Menyajikan materi pejajaran.
  6. Memberikan stimulus yang mungkin berupa pertanyaan, latihan dan tugas-tugas.
  7. Mengamati dan mengkaji respon siswa.
  8. Memberikan penguatan (mungkin positif atau negatif).
  9. Memberikan stimulus baru
  10. Dan seterusnya. 

Teori Belajar Kognitif

Ada tiga tokoh penting dalam pengembangan pembelajaran menurut aliran kognitif, yaitu Piaget, Bruner dan Ausubel. Berikut ini prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh ketiga tokoh tersebut.

1. Menurut Jean Piaget
Piaget mengemukakan tiga prinsip utama pembelajaran, yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial dan belajar lewat pengelaman sendiri.

Pertama, belajar aktif. Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dalam subjek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, perlunya diciptakan kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya melakukan percobaan, manipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, serta membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.

Kedua, belajar lewat interaksi sosial. Dalam pembelajaran perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama, baik di antara sesama, anak-anak maupun dengan orang dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Tanpa interaksi sosial perkembangan kognitif anak akan tetap bersifat "egosentris". Sebaliknya lewati interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan mengarah ke banyak sudut padang dan alternatif tindakan.

Ketiga, belajar lewat pengalaman sendiri. Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Pembelajaran di sekolah hendaknya dimulai dengan memberi pengalaman-pengalaman nyata dari pada dengan pemberitahuan-pemberitahuan dan pertanyaan-pertanyaan yang harus persis yang dimaui guru.

Baca Selanjutnya :
  1. Teori Pembelajaran Kognitif Menurut JA Brunner
  2. Teori Pembelajaran Kognitif Menurut David Asusable

Teori Belajar Humanistik

Pembelajaran aliran humanistik sebenarnya lebih dipengaruhi oleh pandangan filsafat humanisme. Filsafat pendidikan humanisme sangat mementingkan adanya rasa kemerdekaan dan tanggung jawab. Apabila seseorang mampu mengaktualisasi dirinya dengan bebas tanpa karena tekanan lingkungan ia akan mencapai kesejahteraan. Maka tujuan pendidikan adalah untuk "memanusiakan manusia" agar manusia mampu mengaktualisasikan diri sebaik-baiknya.

Untuk itu pembelajaran hendaknya menjadikan siswa dapat memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Aliran humanistik tidak mempunyai teori belajar khusus, tapi hanya bersifat ekletik, dalam arti mengambil teori yang sesuai (kognitif) asal tujuan pembelajaran tercapai. Prinsip yang nampak dalam kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran humanistik cenderung mendorong anak untuk berfikir induktif, karena mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran.

Baca juga :
Sumber referensi :
  • Sugandi Achmad, dkk. 2017. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT MKK UNNES. hal 34 - 40.
Demikian rangkuman materi tentang Teori Belajar Behavioristik, Kognitif dan Humanistik. Semoga bermanfaat dan berguna bagi pembaca semua. Baca juga artikel pilihan menarik dan informatif lainnya. Kurang lebih kami mohon maaf. Sekian terima kasih.

Share ke teman kamu:

Related : Teori Belajar Behavioristik, Kognitif dan Humanistik